Gambar: MOHAMED ABDULRAHEEM/Shutterstock.com
Jakarta, tvrijakartanews - Teknik citra satelit baru memungkinkan para ilmuwan melihat plastik di pantai dari luar angkasa. Teknik ini dapat mengidentifikasi perbedaan dalam cara pasir, air, dan plastik memantulkan cahaya, sehingga memungkinkan para peneliti untuk melihat sampah di garis pantai dari jarak lebih dari 600 km (372 mil) di atas kepala.
Plastik merupakan masalah besar dalam banyak konteks lingkungan, tetapi masalah ini semakin mendesak bagi habitat laut. Dalam beberapa tahun terakhir, penumpukan plastik laut yang padat bahkan telah tercatat di daerah terpencil dan berpenduduk jarang seperti pulau-pulau terpencil di Samudra Pasifik dan Hindia, atau di pantai-pantai Australia Utara. Sekarang diperkirakan bahwa antara 19 dan 23 juta metrik ton plastik memasuki lingkungan laut atau pesisir setiap tahun, jumlah yang mungkin berlipat ganda pada tahun 2030.
Ini merupakan masalah yang signifikan karena plastik memiliki berbagai dampak merugikan terhadap keanekaragaman hayati dan ekonomi lokal.
“Plastik dapat disalahartikan sebagai makanan, hewan yang lebih besar menjadi terjerat dan hewan yang lebih kecil, seperti kepiting pertapa, terperangkap di dalam barang-barang seperti wadah plastik,” jelas penulis utama studi Dr. Jenna Guffogg dari Universitas RMIT dikutip dari IFL Science (8/11).
Ia melanjutkan bahwa pantai-pantai di pulau-pulau terpencil memiliki kepadatan plastik tertinggi yang pernah tercatat di dunia, dan pihaknya juga melihat peningkatan volume plastik dan peralatan penangkapan ikan yang terbengkalai di garis pantai terpencil di Australia utara. Jika plastik tidak dibersihkan kata Guffogg, lama-kelamaan plastik tersebut akan terpecah menjadi potongan-potongan kecil plastik mikro dan nano, yang menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
"Meskipun dampak plastik laut terhadap lingkungan, perikanan, dan pariwisata telah terdokumentasikan dengan baik, metode untuk mengukur skala masalah yang tepat atau menargetkan operasi pembersihan, yang terkadang paling dibutuhkan di lokasi terpencil, telah terhambat oleh keterbatasan teknologi," tambah Guffogg.
Teknologi satelit telah dikembangkan untuk melacak sejumlah besar plastik yang hanyut di lautan dunia, dan jumlahnya sangat banyak, mulai dari tumpukan kecil yang terdiri dari ribuan botol, tas, dan jaring ikan, hingga massa plastik raksasa seperti Great Pacific Garbage Patch yang luasnya telah menjadi tiga kali lipat wilayah Prancis.
Namun, meskipun teknologi satelit ini bagus dalam mendeteksi plastik yang mengapung di air, teknologi ini kurang efektif dalam mendeteksi sampah di pantai, yang dapat memudar ke dalam pasir di sekitarnya. Akan tetapi, para peneliti Australia kini telah mengembangkan cara yang efektif untuk melihat plastik di pantai sehingga penumpukannya dapat diidentifikasi dengan mudah dan upaya pembersihan dapat lebih terarah.
Guffogg dan rekan-rekannya telah mengembangkan Beached Plastic Debris Index (BPDI), yang pada dasarnya adalah rumus matematika yang menilai pola pantulan cahaya yang ditangkap oleh satelit saat melintas di atas kepala. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi aspek yang paling menarik dari suatu gambar.
Alat serupa sudah ada untuk memantau hutan dan melacak kebakaran hutan dari luar angkasa, tetapi versi baru ini dirancang untuk memetakan sampah plastik di pantai menggunakan data dari satelit WorldView-3, sensor satelit komersial beresolusi tinggi dengan spektrum super. Sistem ini mengorbit Bumi sejajar dengan matahari pada ketinggian 617 km (383 mil).
Menemukan plastik dari luar angkasa
Untuk menguji kemampuan BPDI dalam mendeteksi plastik, para peneliti menempatkan 14 target plastik, masing-masing berukuran sekitar 2 meter persegi (21,5 kaki persegi) di sebuah pantai di selatan Gippsland, Victoria. Target-target ini terbuat dari berbagai jenis plastik dan lebih kecil dari ukuran piksel satelit (3 meter persegi).
Makalah ini yang diterbitkan dalam jurnal Marine Pollution Bulletin ini menuliskan bahwa citra BPDI dibandingkan dengan tiga indeks yang ada, satu dirancang untuk menemukan plastik di air, dan dua dirancang untuk menemukan plastik di daratan. Dalam setiap kasus, indeks yang ada kesulitan membedakan plastik di pantai atau mengalami kesalahan klasifikasi saat mereka salah mengira bayangan dan air sebagai plastik. Namun, hal ini tidak berlaku untuk BPDI, yang mengungguli semua indeks lainnya.
“Ini sangat menggembirakan, karena hingga kini kita belum memiliki alat untuk mendeteksi plastik di lingkungan pesisir dari luar angkasa. Keistimewaan citra satelit adalah kemampuannya untuk menangkap wilayah yang luas dan terpencil secara berkala,” tambah rekan penulis studi Dr. Mariela Soto-Berelov.
Deteksi sampah plastik merupakan langkah penting dalam merencanakan operasi pembersihan, aspek utama dari beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Jika terus berjalan sesuai rencana, BPDI dapat menjadi cara baru untuk mewujudkan tujuan tersebut. Langkah selanjutnya adalah menguji kegunaan sistem dalam skenario kehidupan nyata.